Jumat Agung Stola Merah Bacaan 1 Yesaya 5213-5312 Bacaan 2 Ibrani 106-25 Bacaan 3 Yohanes 181-1942 Tema Liturgis Cinta Kasih Dasar Ketaatan Melakukan Kehendak Allah Tema Kotbah Meneladani Sang Hamba Allah. KETERANGAN BACAAN Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah Yesaya 5213-5312 Yes 5213-5312 disebut Nyanyian Hamba Allah III, yang termasuk ke dalam Deutero Yesaya Yesaya ke II, ditulis oleh seorang nabi dari tradisi Yesaya pada masa pembuangan. Yes 49-55 diucapkan sesudah Babel jatuh sebelum Raja Koresj mengeluarkan dekritnya yang memperbolehkan orang-orang Yahudi kembali ke Tanah Suci pada tahun 538 SM. Yang menarik Hamba Allah dalam bacaan ini bukan menunjuk kepada pengertian kolektip bangsa Israel, melainkan kepada pribadi. Maka Gereja menunjuk kepada Yesus Al Masih yang akan bahwa sengsara hamba Allah bangsa Israel menggambarkan sengsara Hamba Allah yang besar yang akan menyelamatkan banyak orang. Ia menggantikan tempat kita, menanggung hukuman kita untuk menebus dosa kita. Ibrani 106-25 Sebaagai kesimpulan dari Ibr ps 7-10 yang membicarakan tentang Yesus sebagai Imam Besar sejati menurut Melkizedek, yang menjadi perantara antara manusia dan Tuhan, yang suci, yang telah masuk ke tempat Maha Kudus, sekaligus yang menyerahkan diri sebagai Domba yang dikorbankan yang tanpa cacat cela yang tentu diterima oleh Allah. Ia telah membuka tabir yang membatasi hubungan Allah dan manusia dan memulihkan hubungan antara Allah dan manusia kembali. Hal itu sungguh-sungguh suatu kesempatan yang luar biasa. Oleh karena itu penulis Ibrani mengajak orang beriman untuk menggunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya, yaitu secara vertikal menghadap Tuhan dengan penuh keberanian, hati yang tulus ekhlas dan keyakinan yang teguh. Secara horizontal tidak menjauhi ibadah bersama dan saling memperhatikan, saling mendorong dalam kasih dan pekerjaan baik dalam kehidupan bersama. Yohanes 181-1942 Dengan rinci sekali dikisahkan Yesus Kristus sang Hamba Allahmelaksanakan misi-Nya dalam menggantikan tempat manusia berdosa, ya Sang Imam Agung menurut peraturan Melkizedek yang masuk ke tempat Maha Kudus menyerahkan diri-Nya sebagai korban yang suci satu kali untuk selamanya demi menebus dosa umat manusia. Dimulai dengan penangkapan Yesus di Taman Getsemane, karena penghianatan Yudas Iskariot yang menjualnya dengan 30 keping perak, sama harganya dengan kerbau yang mati 181-11. Yesus dibawa kepada Hanas dan Imam Besar Kayafas, Petrus menyangkali Tuhannya sebelum ayam berkokok 3 kali 1812-27. Kemudian Ia dibawa kepada Pontius Pilatus, Sang Penguasa negeri yang bertanggung jawab menjatuhkan hukuman. Tetapi dia tidak menemukan kesalahan pada Yesus, sehingga ia cuci tangan, malahan ia menawarkan Yesus atau Barabas si perampok kejam untuk dibebaskan. Ternyata orang-orang Yahudi itu memilih Barabas. Yesus disesah dan diserahkan kepada orang-orang Yahudi untuk dihukum mati di Bukit Golgota 1828-1916a. Di sepanjang jalan Ia menerima hujatan, hinaan, cemoohan, siksaan dan aniaya dan puncaknya, di tengah penderitaan yang tak terkatakan itu dia ditelanjangi, pakaiannya di bagi-bagi serta jubah-Nya diundi. Tanpa empati sedikitpun mereka berebutan harta yang tersisa itu di tengah penderitaan Yesus. Akhirnya Ia berteriak Allahku, Allahku mengapa Engkau meninggalkan aku? Dan menyerahkan nyawa-Nya 1916b-30. Di depan Yesus tampak berbagai tingkah durhaka dan dosa manusia. Namun di sana pula sebagai Hamba Allah Ia menanggung hukumannya. Tidak ada yang terbebas, di manakah engkau ketika Tuhan disalibkan? RANCANGAN KHOTBAH Bahasa Indonesia Ini hanya sebuah rancangan. Sila dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat Meneladani Sang Hamba Allah Pendahuluan Pada waktu pembukaan Asian Games Jakarta-Palembang di Jakarta pada tanggal 2 Agustus 2018, Presiden Joko Widodo membuat heboh dengan ditayangkannya bahwa karena jalanan macet dia turun dari kendaraan kepresidenan dan meninggalkan para pengawalnya serta naik sepeda motor gede menerobos kemacetan dan semua rintangan, akhirnya sampai di tempat pembukaan Asian Games tepat pada waktunya. Semua bersorak gembira. Ternyata Presiden Jokowi menggunakan stuntman, yaitu pemain pengganti professional sebagaimana biasa digunakan di dalam dunia film. Tugas pemain pengganti adalah menggantikan aktor atau aktris sebenarnya dalam adegan-adegan berbahaya demi keselamatan si aktor/aktris tersebut. “Karena demikian besar kasih Allah kepada dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya tidak binasa, melainkan mendapatkan hidup yang kekal” Yoh 316. Rencana keselamatan itu terlaksana melalui kehadiran Sang Hamba Allah yang telah menggantikan tempat manusia dosa untuk menerima hukuman atas dosa dan pemberontakan manusia. Misi Sang Hamba Allah Saudaraku kekasih, dalam menggantikan tempat manusia berdosa itu Sang Hamba Allah tersebut digambarkan seperti taruk yang tumbuh di tanah kering, tidak tampan, tidak semarak sehingga orang tidak menaruh perhatian kepadanya. Ia dihina, dihindari orang, penuh kesengsaraan, kesakitan dan penderitaan Yes 532-3. Tetapi sesungguhnya, kesengsaraan kita yang dipikulnya, penyakit kita yang ditanggungnya. Ia tertikam oleh karena pembrontakan kita, diremukkan oleh karena kejahatan kita. Ia telah menggantikan tempat kita. Oleh bilur-bilurnya, kita menjadi sembuh. Ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya. Ia mengalami semua pengalaman kita yang paling berat, hingga penderitaan yang paling dahsyat Yes 534,5,10. Pengalaman yang paling dahsyat itu dinubuatkan dengan menyedihkan dalam Mzm 22 19 yang menjadi kenyataan dalam kesengsaraan Yesus sebagaimana dinyatakan dalam keempat Injil, yakni Mat 2735; Mrk1524; Luk 2334, dan yang paling jelas dan rinci Yoh 1923-24. Yaitu bahwa di tengah kesengsaraannya itu pakaiannya dilepaskan, jubahnya di ambil, lalu di depan matanya pakaiannya itu dibagi-bagi dan jubahnya diundi diantara para prajurit itu. Sungguh-sungguh suatu perbuatan manusia yang biadap dan tidak berperikemanusiaan. Bagaimana bisa? Di depan kesengsaraan orang yang sekarat mereka sama sekali tidak mempedulikannya, malah bersuka cita ramai-ramai berebutan harta yang tersisa. Saudaraku, sungguh-sungguh suatu pemandangan yang memilukan. Tetapi ternyata itulah realitas manusia dari waktu ke waktu, termasuk waktu kita sekarang ini. Betapa seringnya kita mendengar atau menyaksikan manusia bersukaria di atas penderitaan orang lain! Manusia tega berebutan menjarah di tengah ketidak berdayaan orang lain. Dilaporkan, setelah gempa besar dan rumah-rumah hancur itu kisah-kisah penjarahan di tengah Gempa bumi Lombok, gempa dan tsunami di Palu, Donggala dan Sigi! Ada bantuan yang tidak sampai ketujuannya karena diselewengkan. Di tengah ditinggalkan sesama manusia itu, Sang Hamba Allah juga mengalami kehidupan yang paling pahit, yaitu ditinggalkan Allahnya. Dia tergantung di antara bumi dan langit! Ditolak oleh dunia sekaligus oleh Allah. Itulah hukuman yang pantas untuk pembrontakan, dosa dan durhaka manusia. Semuanya ditanggungnya, hingga dengan suara serak ia berseru Allahku, Allahku, Mengapakah Engkau meninggalkan daku? Mzm 2219 band Mat 2746; Mrk 1524. Sempurnalah Sang Hamba Allah menggantikan tempat manusia. Bersyukurlah, justru karena itu Sang Hamba Allah itu berhasil mengemban misinya, sehingga dia dimuliakan Yes5213-15. Hasilnya dia yang benar itu akan membenarkan banyak orang dengan hikmatnya Yes 5311, menghapuskan dosa kita manusia dan mengaruniakan keselamatan kepada kita Ibr 926,28. Buah ketaatan Sang Hamba Allah Saudaraku kekasih, Ibr 1016-25 ini sepertinya kesimpulan dari karya Sang Hamba Allah, yakni Sang Imam Besar sekaligus Sang Domba Paskah sejati yang diteruskan ajakan penulis Surat Ibrani. Melalui pengorbanan-Nya sekali untuk selamanya itu kita telah mendapatkan pengampunan dosa. Malahan hukum-hukum-Nya akan ditaruh di hati kita dan ditulisnya dalam akal budi kita Ibr 1016,17. Kita disatukan kembali dengan Allah yang Maha Suci, tanpa tabir yang memisahkan antara kita dengan-Nya. Oleh karena itu penulis Surat Ibrani mengajak kita untuk pertama, dengan penuh keberanian menghampiri Tuhan memasuki tempat kudus. Karena Dia telah membuka jalan baru bagi kita dan kita mempunyai Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah. Kita menghadap Tuhan dengan hati penuh syukur, tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh. Karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat. Kita berpegang teguh pada pengharapan kita. Karena Ia yang menjanjikannya setia Ibr 1019-23. Kedua, ibadah menjadi moment yang luar biasa dan istimewa, oleh karena itu dalam persekutuan tidak menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah, saling memperhatikan dan mendorong dalam kasih dan pekerjaan baik, saling menasehati dan semakin giat menjelang hari Tuhan. Ketiga, meneladani Sang Hamba Allah, kita sebagai hambanya yang kecil-kecil taat dan setia serta menjadikan Tuhan dan kehendak-Nya sebagai pusat hidup kita, sehingga dalam kerendahan hati berbela rasa dengan sesama yang menderita dan melayani mereka. Penutup Karena ketaatan-Nya Sang Hamba Allah dimuliakan. Banyak orang akan tercengang. Demikian juga “hamba-hamba Allah yang kecil-kecil” yang menapaki jalan-Nya dengan taat dan setia akan mengalami kehidupan ini bersama-Nya dan dimuliakan bersama-Nya pula. Amin. Nyanyian KJ. 169 1-3. RANCANGAN KHOTBAH Bahasa Jawa Nuladha Sang Abdinipun Yehuwah Pambuka Rikala pembukaan Asian Games Jakarta-Palembang kala tanggal 2 Agustus 2018, Presiden Joko Widodo dados pocapan santer rikala katayangaken ing Video, bilih karana margi macet-cet, penjenenganipun lajeng mandhap saking mobilipun, nilaraken para pengawalipun lajeng nitih sepeda motor ageng moge=motor gedhe nrobos kemacetan lan miyak tiyang kathah lan akhiripun wilujeng dumugi lapangan, lajeng mbikak Asian Games kanthi tepat wekdalipun. Sadaya sami surak mawurahan bingah sanget. Pranyata Presiden Jokowi ngginakaken stuntman, inggih punika pemain pengganti professional kadosdene ingkang asring kedadosan ing film-film. Tugasipun pemain pengganti punika nggantos aktor utawi aktris ingkang sakleresipun ing adegan-adegan ingkang mbebayani, matemah aktor utawi aktris kalawau kajagi kawilujenganipun. “Awitdene Gusti Allah anggone ngasihi marang jagad iku nganti masrahake kang putra ontang-anting, supaya saben wong kang pracaya marang Panjenengane aja nganti nemu karusakan, nanging nduwenana urip langgeng” Yok 316. Sadaya punika kaleksanan lumantar rawuhipun Sang Abdinipun Yehuwah ingkang sampun nggantos papanipun manungsa dosa nampi paukuman tumrap dosa miwah pambalelanipun manungsa. Misinipun Sang Abdinipun Yehuwah Sadherek kinasih, kangge nggantos papanipun manungsa dosa Sang Abdinipun Yehuwah punika kagambaraken kadosdene trubusan, semen ing siti ingkang aking, mboten bagus ing warna, mboten endah, saengga tiyang migatosaken penjenenganipun. Penjenenganipun karemehaken lan kaesoraken, dipun singkiri tiyang, kebak kasangsaran lan pisakit Yes 532-3. Nanging saestunipun, kasangsaran kita ingkang dipun sanggi, pisakit kita ingkang dipun tanggung. Penjenenganipun kasuduk karana pambalela kita, karemuk karana piala kita. Panjenenganipun sampun nggantos papan kita. Amargi saking bilur-biluripun kita dados saras. Ganjaran paukuman ingkang ndhatengaken karahayon tumrap kita sampun kadhawahaken dhumateng Panjenenganipun Yes 534,5,10. Pengalaman ingkang paling awrat ingkang kanubuataken dening Jabur 2219 dados kanyatan ing kasangsaranipun Gusti Yesus kadosdene ingkang kacariyosaken dening sekawan Injil Mt 2735; Mk 1524; Lk 2334 saha ingkang paling jelas miwah rinci ing Yo 1923-24. Inggih punika bilih ing saklebeting kasangsaranipun agemanipun dipun lukari, jubahipun karampas, lajeng ing sak ngajengipun, ageman punika dipun bagi-bagi kanthi rakus, jubah punika dipun undi kanthi dhadhu. Saestu satunggaling pandameling manungsa ingkang tanpa prikamanungsan. Ing ngajenging tiyang ingkang kapilara nemahi sekarat, tanpa maelu babar pisan dhumateng kasangsaanipun malah kroyokan bandha ingkang taksih sisa. Saestu satunggaling sesawangan ingkang nyedhihaken. Nanging pranyata sesawangan ingkang kados mekaten punika taksih asring dados kanyatan ngantos sapriki. Iba asringipun kita mireng utawi ningali tiyang bingah-bingah surak mawurahan ing nginggiling kasangsaranipun tiyang sanes! Tiyang mentala kroyokan bandha ing tengahing korban ingkang tanpa daya. Sasampunipun lindhu ageng ing Lombok kalaporaken kathah griya-griya ingkang katilar ngungsi kajarah rayah. Mekaten ugi sasampunipun lindhu lan Tsunami ing Donggala, Palu lan Sigi. Malahan ingkang langkung ngiris-iris manah malih, kathah bantuan ingkang mboten dumugi tujuanipun karana dipun selewengaken. Sang Abdinipun Yehuwah ngalami kasangsaran ingkang paling lebet. Pungkasanipun Penjenenganipun dipun salib, dipun gantung antawisipun langit lan bumi. Wosipun dipun tolak dening jagad lan dipun tolak dening Allah. Mekaten punika paukuman ingkang pantes tumrap pambalela, dosa miwah kadurakaning manungsa. Sadaya dipun tanggung, ngantos kanthi suwanten serak Panjenenganipun njerit kanthi sora “Dhuh Allah kawula, Allah kawula, Kenging punapa Paduka nilaraken kawula? Jabur 2219 kabandingaken Mt 2746; Mk 1524. Kanthi mekaten paripurna Sang Abdinipun Yehuwah nggantos papanipun manungsa dosa. Syukur, Sang Abdinipun Yehuwah kasil kanthi paripurna nindakaken misinipun, matemah Panjenenganipun kamulyakaken Ye 5213-15. Asilipun Panjenenganipun ingkang leres punika ngleresaken tiyang kathah kanthi kawicaksananipun miwah ngrembat pialanipun tiyang-tiyang punika Yes 5311, ngapunten dosa kita sarta maringi kawilujengan dhumateng kita Ibr 926,28. Saestunipun kita ingkang kedah kagantung punika, nanging Panjenenganipun sampun nggantos kita. Wohing ketaatanipun Sang Abdinipun Yehuwah Sadherek kinasih, sasampunipun njlentrehaken bab pakaryan miwah misinipun Sang Abdinipun Yehuwah, inggih Sang Imam Agung miturut Melkizedek ingkang masrahaken dhirinipun minangka cempening Paskahingkang kinurbanaken sepisan kangge salaminipun kangge pangapuntening dosa kita, lajeng ngawontenaken prajanjian enggal, mapanaken angger-anggeripun ing manah kita lan nyerat ing budi kita bab 7-1016, ing Ibr 1019-25 penulis Serat Ibrani lajeng ngatag kita. Sepisan, supados kita sowan dhateng ngarsanipun Allah ing papan pasucen kanthi kekendelan. Karana Panjenenganipun sampun mbikak margi ingkang enggal kangge kita lan kita nggadhahi Imam Agung ingkang ngepalani padalemanipun Allah. Kita sowan Gusti kanthi manah kebak syukur, tulus ikhlas miwah keyakinaning pitados ingkang kukuh. Karana manah kita sampun karesikan saking nuranining manah ingkang ala. Kita tetep kukuh ing pangajeng-ajeng kita, awit Panjenenganipun ingkang prasetya dhumateng kita punika setyaIbr 1019-23. Kaping kalih, ibadah inggih manungaling Gusti kawula lan kawula lan Gusti saestu dados wekdal ingkang mbingahaken sanget, istimewa, mila sampun ngantos nilaraken patunggilan pangabekti punika. Patunggilan dados papan wigatos-winigatosaken, sengkuyung-sinengkuyung ing bot repot, sih-sinihan, atag-ingatag ing sabarang pandamel becik, eling-ingelingaken miwah sangsaya mempeng makarya ing saklebeting ngajengaken dinten Rawuhing Gusti. Kaping tiga, ing saktengahing bebrayan nuladha Sang Abdinipun Yehuwah. Kita minangka abdinipun Gusti ingkang alit-alit kedah taat miwah setya tuhu nindakaken kersanipun Gusti minangka pusating gesang kita. Kanthi andhap asor ndherek ngraosaken punapa ingkang dipun raosaken dening sesami kita, matemah saged lelados cundhuk kaliyan kersanipun Gusti. Penutup Karana sumuyud miwah kasetyanipun dhumateng Gusti Allah, Sang Abdinipun Yehuwah kamulyakaken. Kathah tiyang gawok, kaeraman. Mekaten ugi para abdinipun Yehuwah ingkang “alit-alit” punika, ingkang napak-tilas tindaking Sang Abdinipun Gusti kanthi sumuyud lan setya tuhu tamtu inggih badhe ngalami gesang tetunggilan sesarengan Panjenenganipun miwah kamulyakaken sesarengan Panjenenganipun. Amin. Pamuji KPJ. 249.